Langsung ke konten utama

CURHAT DI PROGRAM MATRIKULASI

Akhirnya curhat juga...
Hmm..

Saya  ikut program Matrikulasi Ibu Profesional  tadinya untuk bisa melangkah lagi dengan benar setelah perjalanan saya menuju ibu profesional semakin jauh saya rasakan. Banyak rencana mengisi peran hidup dan jadwal mendidik buah hati yang telah dicatat menggebu, ingin dikerjakan versi saya dengan cara terbaik yang bisa saya lakukan sebagai seorang istri dan ibu, pun tak terlepas sebagai seorang perempuan dan juga seorang anak dirumah ini..tetapi semua terasa kandas ditengah jalan, entah karena faktor internal maupun eksternal diri.

Salah satu tantangan terbesar adalah masih tinggal di rumah orangtua. Tantangan disini adalah menaklukan harapan orangtua yang ingin di masa senjanya rumah rapi sempurna, masakan terhidang setiap hari menurut selera, tagihan selalu tertunaikan, semua urusan rapi dan tidak ada cacat sedikitpun. Masya Allah, tipe orangtua saya memang melankolis sempurna, jadi agak jiper juga saya menghadapi tantangan sebesar ini. Saat saya masih jadi tanggungan orangtua dan saat saya sudah menikah tetapi masih satu atap, ternyata semua urusan jadi berbeda. Maka saya merivisi apa saja yang bisa saya lakukan semampunya, berkomunikasi semampunya dan dengan cara yang bisa saya lakukan. Walaupun setelah saya evaluasi, banyak target yang saya rencanakan terutama untuk pendidikan anak dan melakukan passion saya dijam me time setiap harinya tidak bisa terwujud karena banyaknya campur tangan dari luar. Sempat sempatnya saya frustasi awalnya lalu akhirnya tenggelam kalah dengan lingkungan yang mengendalikan. Semua impian saat itu terasa musnah dan saya bahkan sampai mengganggap diri ini tidak bisa disebut istri, ibu ataupun perempuan membanggakan karena belum ada yang bisa saya lakukan dengan benar, apalagi dengan profesional..masih sangat jauh..

Saya yang anak bungsu, dibesarkan penuh kemanjaan, tidak boleh kedapur dll sbgnya setelah besar, menikah dan punya anak, diberikan begitu banyak tuntutan untuk sempurna..saya sempat menyerah, bunda..saya sempat ingin berhenti saja melakukan kewajiban saya memuliakan dan mengurus apa saja diluar bakti saya sama suami, tapi itukan tidak mungkin, tapi jika saya lakukan, kapan saya melakukan hal prioritas yang sudah saya rencanakan utk masa depan pendidikan anak kami? Saya stress, mengakomodasi sesuatu dengan sesuatu yang belum bisa saya kasih dan miliki sangat sulit bagi saya..
Hal itu yang membuat saya hanya ikut mengalir sebagaimana air mengalir, tak perlu susah susah merencanakan jika kenyataan tak seperti yang dibayangkan..

Maka terbersit dalam diri mungkin niat saya perlu diubah, saya harus melakukan dengan kesungguhan dan niat baik untuk berubah karena semua harus ada yang mengalah untuk menang, toh saya memang ada disini, maka saya harus punya kebermanfaatan yang tinggi bagi orang disekitar saya, apalagi kepada orangtua sendiri yang sudah begitu baiknya memberikan kasih sayang dan mendidik serta membesarkan saya sedari kecil. Saya hanya berharap, saya mampu membahagiakan mereka dalam usia senjanya, tetapi kadang komunikasi tidak berjalan lancar sehingga saya merasa tinggalnya saya disini memberikan beban, karena faktor ekonomi dan kerepotan yang disebabkan saya dan keluarga tinggal disini. Saya masih berusaha mencari jalan memberi kebermanfaatan yang banyak meski belum bisa memberi materi karena keluarga kami belum mampu untuk itu. Jujur, entah mereka senang dengan itu atau tidak, saya serahkan pada Allah SWT saja akhirnya. Semua berproses, insyaAllah niat baik akan mendapat jalan keluar terbaik..apalagi semua yang saya lakukan bukan kebutuhan saya pribadi saja, tetapi kebutuhan dan bakti saya pada suami dan orangtua sekaligus..Dan yang penting lagi bukan untuk dipandang mata manusia tetapi hanya karena Allah sahaja.

Wajarlah, terkadang ekspektasi lingkungan terlalu tinggi, semua menaroh harapan dan mengandalkan diri yang fakir ini, jika bukan pertolongan Allah..bagaimana saya melewati benturan prioritas, prinsip, dengan masalah kesehatan pribadi, tumbang anak yang turun naik dan psikologis yang  bertubi tubi menekan. Tantangan begitu banyak datang, menunggu saya melakukan dan menyelesaikan semuanya sekaligus saat saya belum siap..hingga saya tidak bisa menarik nafas dan megap-megap sesaat saat mencoba bernafas.
Hanya satu, dulu saya sangat ingin pindah. Tetapi hal itu pun belum saya lakukan. Kondisi keuangan belum memungkinkan dan saya masih sangat dibutuhkan disini. Jadi, Saya masih disini, masih belum pindah, prioritas pun harus berubah. Sayapun harus banyak berubah, menata diri, menjadi anak terbaik yang dibanggakan keluarga. Selain menjadi istri dan ibu terbaik yang dibanggakan keluarganya. Ridho seorang perempuan ada pada suami, tetapi orangtua juga jalan untuk mencapai pintu kesurga dengan merawat dan memperlakukan mereka sebaik-baiknya. Baiklah, tinggal cari strategi dan jalan keluar terbaik menghadapi tantangan ini. Lakukan saja, mulai saja, jangan menyerah, bismillah.

Guru saya, Bu Septi selalu mengatakan suatu pesan agar saya stay focus, high speed saat ada tantangan datang menghantam...saya pun yang tadinya tertatih tatih mulai mengatur ulang bekal, fokus dalam menjadi istri, ibu dan anak di perjalanan ini, sekaligus menulis ulang dan mencoret banyak kesempurnaan yang sekiranya belum sanggup saya lakukan dari ceklist kesempurnaan menjadi ibu profesional versi saya.

Saya harus bertanya pada suami tercinta untuk memulai langkah ini, saya memberanikan diri bertanya hati hati :

Dalam bayangannya apakah saya sudah menjadi ibu profesional?

Apa yang harus saya perbaiki agar mendapat ridha nya ?

Suami saya menginginkan saya bisa masak kesukaannya dan kesukaan anak anak setiap hari, bisa mengelola keuangan dengan baik hingga mampu menghasilkan  dan sekaligus bisa mendidik anak kami dengan sangat baik. Hanya itu? Sederhana ya? Tapi ternyata Bagi saya itu berat! Duh godaan, belum mulai udah berat..hehe

Pertama, Masak.
Karena selera suami berbeda dengan orangtua, suami tidak makan ikan, orangtua kesukaannya ikan.. belum membayangkan setiap hari masak? Berarti 3x Masak. Pemborosan waktu didapur ya menurut saya, apalagi saya tidak bisa lama lama didapur, kerena dapur rumah ini lumayan terbuka sehingga banyak nyamuk dan serangga yang datang hinggap dikulit saya yang berdarah manis. Hiks hiks...jadi bukan karena sepenuhnya saya males masak atau tidak bisa memasak..#ngeles:p
Biasanya habis memasak sudah dipastikan kulit saya akan bentol bentol seharian gatal sekujur kaki dan tangan..

Lalu tantangan manajemen waktu masak, karena tadi saya bilang masak itu pemborosan waktu, saya pegang dua anak, satu anak kebutuhan khusus yang harus didampingi aktivitasnya, distimulasi motoriknya dan satu lagi anak yang bercita2 menjadi penghafal quran. Sepertinya begitu banyak target dan waktu yang harus diinvestasikan untuk kedua anak ini..
Bagaimana jalan keluar terbaik dari masalah ini, sedangkan saya diharapkan mampu menjadi chef bagi keluarga yang ada dirumah selain keluarga saya sendiri, yang alhamdulillah mudah dipenuhi seleranya.

Evaluasi: Saya harus mulai belajar dan membuat kitchen project, ilmu memasak didapur dengan cara banyak banyak membaca dan praktek dirumah, hingga ketemu formula enaknya bagaimana biar tetap bisa masak tetapi tidak membutuhkan waktu yang lama dan semua selera terpenuhi, biaya pun terjangkau. Alhamdulillah saya merasakan manfaat dengan bergabung nya saya di rumbel boga iip jakarta. Mulai bisa memasak dg bahan murah meriah tetapi enak.

Diam diam saya bersyukur, suami tidak menuntut rumah harus rapi setiap hari karena pengertiannya yg sangat dalam melihat kondisi rumah orangtua saya yang sudah tua dan lapuk dimana-mana, banyaknya perabotan tua, dan makin minimnya ruang gerak dirumah ini.
Tapi dari pada mengeluh, saya tahu diri untuk segera berbuat perubahan, tidak bisa menuntut orang lain untuk berubah, bukan? Jadi ayok kita bikin list indikator perubahan itu dari dirimu sendiri, yeni!

List indikator menjadi ibu profesional bisa lihat http://yeni-bundasykhaa.blogspot.co.id/2016/05/ceklist-indikator-ibu-profesional-ala.html

Kedua, Mengelola keuangan dengan baik
Saatnya belajar lebih serius untuk mengelola finansial keluarga. Semua alur kas masuk dan keluar serta poin kebutuhan rutin prioritas, dan kebutuhan sekunder keluarga harus mulai direncanakan matang matang.

Evaluasi: Sejujurnya saya kurang suka hitung menghitung. Dulu rajin sekali mencatat pas awal pernikahan. Pas kesini sudah mulai kendor bahkan hilang kebiasaan baik itu..berat memang memulai lagi karena saya masih punya dua kepala keluarga satu atap, hingga semua pemasukan dan pengeluaran lumayan banyaknya dan kadang tidak tercatat atau belum terkontrol dengan baik. Karena banyaknya tumpang tindih kepentingan dan kebutuhan prioritas rutin ataupun dadakan setiap keluarga yang ada disini.

Dimalam ramadhan kedua ini, saya berdo'a : Ya Allah mudahkankah saya dalam menjalankan amanah suami yang harus saya pertanggung jawabkan dunia dan akherat ini..semoga ada yang bisa membantu saya untuk hal ini, mau benar benar serius belajar.

Ketiga, Mendidik anak
Alhamdulillah aktivitas ini yang biasanya lebih saya utamakan dan menjadi prioritas saya dirumah. Berarti peran saya disini lumayan besar selama ini. Memang akibatnya rumah tidak bisa selalu rapi, jadwal lain pun harus menunggu karena mendidik anak tidak bisa diwakili, dan saya harus bisa mengalokasikan waktu untuk hal seperti ini dirumah.  Apalagi ada anak luar biasa yang menjadi penyemangat saya untuk selalu belajar hal baru agar bisa mendampingi anak anak tumbuh.
Evaluasi: Lebih terkonsep kurikulum keimanan, kemandirian, adab dan akhlaq untuk anak.
Menej waktu lebih baik lagi, hingga terpantau minimal ada 3 aktivitas sangat penting, 3 penting dan 3 yang tidak penting. Selebihnya do it saja, yeni.

Man jadda wa jadda..bismillah! Doakan ya teman teman..

#belajar_konsisten_menulis
#ODOPversiYeni hari#1
#MenulisAdalahTerapi


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keinginan Khansa

Jangan pernah mengepelekan keinginan seorang anak, pelajaran yang saya dapatkan dari gadis kecil saya, khansa. Pagi sebelum berangkat sekolah. "Bunda, dede cape..tak sekolah ya.." " Kenapa de? Cape ya? Ga kangen sama teman disekolah ta? Hayo, besok besok sudah libur ramadhan, dede ga bisa ketemu teman lagi nanti." "Tak lah..dede cape, mau naik mobil ya, Boleh ya bunda?" "Iya kan memang naik mobil, boleh dong. Naik m24 kan de? Nanti jalan sebentar ke sekolah, pelan-pelan aja.."Mau ya?" Bujuk bunda. Dede menggeleng. "Anter sampai sekolah ya mobilnya? Dede cape jalan terus." Jleb. Bunda tersenyum, "iya nanti ya, kalau bunda ada rezeki bisa nganter dede naik mobil. Kan sekarang belum ada mobilnya sayang?" Hehe.iya juga ya..senyuman tersungging diwajah khansa mendengar jawaban masuk akal bunda.. Dengan pelan namun pasti kami bersiap kesekolah hari itu. Menunggu m24 tak kunjung muncul, dede mulai uring-uri

RESUME WEBINAR KE 5 : BELAJAR MEMILIH SEKOLAH BERSAMA ANAK

Bismillahirrahmannirrahiim… Teman-teman apa kabar? Maaf saya baru saja melewati malam-malam penuh rasa gatal dan panas, karena alergi terhadap makanan tertentu yang baru saja saya ketahui beberapa malam yang lalu..Alhamdulillah kini sudah pulih dan siap menulis lagi…menebar ilmu bagi yang belum sempat menyimak webinar edisi ke 5 yaa..semoga bisa menjadi amal bagi saya di yaumil akhir nanti. Aamiin.  Masih ingat lagu ini?? Hai burung kecil/ Silahkan pergi/ Terbanglah tinggi/ Sesuka hati/ Langit yang biru/ Memang milikmu/ Mungkin disana damai hidupmu/ Rentangkanlah sayapmu/ nikmatilah kebebasanmu/ Walau hidup masih tak tentu/ Biarkanlah manusia dengan tingkahnya/ Biarkanlah dunia dan masalahnya/ Rentangkanlah sayapmu, rentangkanlah sayapmu/ Nyanyikanlah lagumu/ Damaikanlah hidupmu…… ( Rollies-burung kecil  bisa didownload di http://www.musikane.com/audio/rollies%20mp3) Hmm…lagu diatas adalah lagu nostalgia masa kecil saya yang sudah lamaaaa sekali baru saya dengar

Membuat kurikulum anak-anak #NWH 3 part 2

Bismillahirrahmannirrahiim,  Tugas minggu ke 4 ini kami diminta lebih menjabarkan secara  lebih detil lagi dalam hal membuat kurikulum yang sesuai dengan "anak-anak banget" untuk memandu anak-anak untuk menemukan potensi alaminya sesuai fitrahnya. Syifa– 9 tahun 5 bulan Berdasarkan pengamatan saya dan hasil wawancara dengan syifa a. Potensi, keunikan      Semangat belajar       Lebih senang belajar dengan audiovisual, kartu, lagu dan komik      Mudah menghafal      Senang belanja, dan jalan- jalan      Mau belajar hal baru       Rasa ingin tahu yang tinggi    b. Kegiatan dan bidang yang disukai    Selalu senang dan cepat menghafal quran    Senang belajar sains    Senang komik pembelajaran    Minat pada pelajaran bahasa arab, sains, dan Al qur'an Khansa Izza 8 tahun 3 bulan  Hasil pengamatan saya : a. Potensi, keunikan     Mudah menyentuh hati orang     Tidak bisa dipaksa melakukan sesuatu karena sedari kecil terlihat mampu menentukan dan